Jumat, 20 November 2009
Kamis, 19 November 2009
Selasa, 29 September 2009
Selasa, 18 Agustus 2009
Bruder FIC dan Kaum Muda
Karya Bruder FIC salah satunya yaitu mendampingi kaum muda. Dalam hal ini bruder FIC berkecimpung dalam dunia pendidikan, karena tempat itulah salah satu wadah yang tepat untuk menampung kaum muda mencari ilmu, dididik menjadi manusia yang mulia, dipersiapkan untuk menjadi penerus bangsa ini. Kaum muda yang pada umumnya sedang mencari jati diri perlu didampingi agar tidak salah jalan. Dengan pendampingan dalam sekolah, kaum muda diharap menemukan jati dirinya yang baik, yang tentu membanggakan keluarga dan negara. Maka tidak diragukan lagi sekolah PL secara penuh, total mengabdi kepada kaum yang diidamkan ini. Hai...kaum muda!! dengarkanlah seruan kami, panggilan kami, sapaan kami yang mesra ini. kami para bruder FIC dengan gembira menyapa kalian hati ke hati. Kalian pasti kenal Bruder FIC, Bruder yang setiap pagi menyapamu, menantimu di depan sekolahmu di kala pagi itu datang ke sekolah. Dengan sapaan inilah, hubungan Bruder dan kaum Muda diharapkan semakin erat sehingga dalam menciptakan hidup yang berarti bagi semua sungguh semakin memuncak. Kami bersama Tuhan Yesus mengatakan, "Biarlah kaum muda datang pada ku, merekalah yang empunya Kerajaan Surga."
Apakah kalian masih ingat bruder FIC, ini bagi yang sudah selesai di PL? Nukannya kami ingin dikenang, tapi cobalah dengan mengingat kami, ingat juga akanapa yang kami teladankan kepada kalian, atau juga staff kami di sekolah. Ingat akan almamater yang telah berjasa membentukmu hingga saat ini kau menjadi yang besar. Kami masih menunggumu di sini, di almamatermu, kami masih tersenyum di sini untuk persaudaraan kita selamanya. Kami juga ingin melihat cucu-cucu kami yang imut, kamipun berharap dapat mengenalnya lebih dekat.
Akhirnya bruder ini pun berpuisi:
Hai kaum muda
masihkah kau ingat kala tanganmu ku tuntun untuk menulis huruf a
atau menulis angka 2
ya saat itulah awal persaudaraan kita mengalir di setiap denyut nadi
Akhirnya saat ini kau dewasa
kami dalam hati bangga
melihat penerus kehidupan
yang bercahaya, memancarkan kekuatan Illahi yang dasyat.
Kami pun masih ingin hidup seribu tahun lagi
datanglah dan menjadi penerusku
berkerja di kebun anggur Tuhan
"Mari datanglah dan ikutilah Aku"
Apakah kalian masih ingat bruder FIC, ini bagi yang sudah selesai di PL? Nukannya kami ingin dikenang, tapi cobalah dengan mengingat kami, ingat juga akanapa yang kami teladankan kepada kalian, atau juga staff kami di sekolah. Ingat akan almamater yang telah berjasa membentukmu hingga saat ini kau menjadi yang besar. Kami masih menunggumu di sini, di almamatermu, kami masih tersenyum di sini untuk persaudaraan kita selamanya. Kami juga ingin melihat cucu-cucu kami yang imut, kamipun berharap dapat mengenalnya lebih dekat.
Akhirnya bruder ini pun berpuisi:
Hai kaum muda
masihkah kau ingat kala tanganmu ku tuntun untuk menulis huruf a
atau menulis angka 2
ya saat itulah awal persaudaraan kita mengalir di setiap denyut nadi
Akhirnya saat ini kau dewasa
kami dalam hati bangga
melihat penerus kehidupan
yang bercahaya, memancarkan kekuatan Illahi yang dasyat.
Kami pun masih ingin hidup seribu tahun lagi
datanglah dan menjadi penerusku
berkerja di kebun anggur Tuhan
"Mari datanglah dan ikutilah Aku"
Kamis, 13 Agustus 2009
Caping Gunung Tekluk

CAPING TEKLUK
By AJI
Tekluk adalah sebuah desa yang beralamat: Tekluk, Pucanganom, Giritontro, Wonogiri, Jawa Tengah, Indonesia. Ada yang khas dari daerah ini, yaitu kerajinan tangan yang disebut caping. Caping adalah topi berbentuk kerucut yang didesain unik, untuk melindungi kepala dari hujan, panas terik matahari dan juga dapat untuk hiasan dinding, barang antik, dan tentu oleh-oleh yang menarik. Masyarakat Tekluk sendiri mebuat caping dengan tekun, hampir setiap keluarga membuatnya. Kerajian ini terbuat dari bambu yang dianyam sedemikian rupa. Babunya khusus yaitu bambu wulung, dengan ciri-ciri: tanpa duri, daunnya panjang-panjang, warna batang hijau, sekat persendiannya panjang. Untuk membuat satu buah capin masyarakat perlu waktu dua hari kalau dilakukan sendiri, karena membutuhkan beberapa proses. Langkah-langkah membuat caping:
- Pilih bambu yang bagus: rosnya panjang, belum terlalu tua dan tidak terlalu muda
- Potong-potong tiap ros bambu itu, biasanya yang paling pangkal dan paling ujung dibuang
- Bambu dibersihkan dari kulitnya menggunakan sabit/alat terbuat dari besi, hingga bambu bersih dan berwarna putih.
- Ambil satu ros bambu yang bersih itu, kemudian dibelah menjadi beberapa bagian, tiap belahan kira kira lebarnya 2,5 cm s.d. 3 cm.
- Belahan-belahan bambu itu masih dibelah tipis-tipis, belahan tipis itu berbentuk lembaran-lembaran.
- Lenbaran-lembaran tipis itu dibelah-belah menjadi beberapa lembar lagi, kira-kira lebarnya 0,3 s.d. 0,4 cm.
- Lembaran kecil-kecil itu masih diperhalus, nama khasnya cara menghaluskan lembaran kecil itu disebut besut bisa juga ongot. Besut atau ongot ini menggunakan sabit, lembaran kecil itu digesekkan ke sabit bagian tajam, menggunakan jari telunjuk kiri untuk menekannya, jari telunjuk kiri biasanya dialasi kain atau yang lain, supaya tidak terkena sabit. Tangan kiri bertugas mengapit peganggan sabit sehingga tidak mudah bergerak, sedangkan tangan kanan memegang lembaran kecil itu untuk diapitkan, setelah terapit, tangan kanan menarik lembaran itu hingga lembaran menjadi halus.
- Setelah lembaran kecil itu dihaluskan semua, baru proses penganyaman.
- Penganyaman harus menggunakan langkah dua, dan dianyam membentuk kerucut. Untuk membuat sebuah caping membutuhkan anyaman kerucut seperti ini dua buah.
- Berikutnya membuat babonan (alasan yang nantinya diletakkan di antara dua anyaman kerucut di atas.
- Babonan, dibuat dengan cara ros bambu yang dibelah-belah 3,5 -4 cm, dibelah membentuk lembaran namun lebih tebal (0,1 cm) dan kaku dibanding yang digunakan untuk membuat anyaman kerucut di atas.
- Lembaran-lembaran tebal itu kemudian dianyam juga membentuk kerucut.
- Setelah jadi babonan, kemudian anyaman kerucut itu ditumpuk menjadi satu, dengan urutan: paling luar yang anyaman kerucut tipis, tengah babonan, dan bawahnya babonan anyaman kerucut lagi, jadi perlu dua anyaman kerucut dan satu babonan untuk membuat sebuah caping.
- Setelah disatukan dengan rapat, pinggirnya dipotong hingga kerucut itu pinggirnya membentuk lingkaran, perlu menggunakan jangka.
- Setelah itu pinggir kerucut itu perlu diapit dengan yang namanya gapit agar tidak renggang.
- Gapit dibuat dari belahan bambu yang berbentuk lingkaran/elips juga bisa. Lingkaran/elips itu dibelah menjadi dua bagian. kedua bagian itulah yang digunakan untuk mengapit pinggir kerucut.
- Agar apitan kuat, perlu yang namannya dijejet. Njejet menggunakan alat jarum dan benang. Benang dililitkan ke lingkaran yang sudah mengapit, menggunakan jarum untuk menjahitkan ke kerucut.
- Jarak antara lilitan yang satu dengam yamg lain kira-kira 0,2 cm-0,3 cm, serapi mungkin.
- Setelah lingkaran itu terlilit semua, jadilah caping yang awal.
- Untuk membaut caping yang bagus lagi, capig awal itu perlu diasapi hingga berwarna kekuningan, ingat asap saja, bukan api, ini kalau mayarakat Tekluk. Bisa juga lapisan luar caping di pelitur biar kelihatan mengkilat.
- Untuk mendapatkan caping yang khas pedesaan Tekluk, caping harus diasapi.
Caping Tekluk dijual dari Rp 12.000-Rp 20.000 perbuah, tergantung kerapiannya.
semua keluarga di Tekluk membuat caping ini, dan setiap keluarga memiliki kekhasannya sendiri dalam membuat caping. Membuat caping merupakan mata pencaharian yang terus dibudayakan, dari nenek moyang hingga sekarang. Dari pada tidak punya pekerjaan, hidup tak nentu buat aja caping, menciptakan lapangan kerja.
Langganan:
Postingan (Atom)